Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Alhamdulillahirobbil 'Alaamiin , Assholatuwassalamu'ala Asyrofil Ambiyak iwal Mursalin Wa'ala Alihi Washohbihi Ajma'iinn. Ammaba'du.
Yang pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah atas limpahan karunia sehingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi agung nabi Muhammad SAW.
Menjadi pribadi yang pemaaf berarti memaafkan semua kesalahan orang lain pada dirinya, baik kesalahan tersebut berupa perbuatan seperti kekerasan dan kezaliman, maupun berupa perkataan seperti cacian dan fitnah.
sikap memaafkan lebih utama dari menahan amarah karena dengan memaafkan, berarti si pemaaf berlapang dada atas kesalahan atau keburukan yang telah diperbuat orang lain kepadanya, bahkan membalas keburukan tersebut dengan kebaikan, sebagaimana nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ibnu Katsir berkata bahwa orang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain bahkan membalasnya dengan kebaikan maka orang tersebut adalah orang yang memiliki kesabaran, karena membalas orang yang telah menyakiti kita dengan suatu kebaikan adalah hal yang berat bagi jiwa.
Atas hal itu, memaafkan merupakan salah satu akhlak indah yang dengannya Allah akan melimpahkan rahmat dan ampunan- Nya.
Selain itu, dengan memaafkan, jalinan dengan orang lain tidak akan memanas, bahkan dapat menghadirkan kesadaran dan keluluhan hati pada orang tersebut.
Rasulullah saw. merupakan contoh terbaik dalam pengimplementasian ajaran Islam yang mulia ini. Sebagai utusan Allah swt. yang membawa kebenaran Islam di tengah ke-jahiliyah-an, Rasulullah saw. senantiasa mendapat sikap permusuhan dari kaum musyrik karena dianggap mengancam eksistentsi keyakinan mereka yang telah turun-temurun.
Awalnya, kaum musyrik menghina dan menuduh Nabi saw. seperti menyebutnya sebagai orang gila, tukang sihir, dan pendusta. Setelahnya, sikap mereka semakin keterlaluan dengan melakukan kecaman dan penindasan, seperti yang dilakukan oleh Abu Jahal.
Suatu hari, Abu Jahal melewati Rasulullah saw. di bukit Shafa. Ia lalu mengganggu dan mencaci makinya. Rasulullah saw. diam saja, tidak berbicara sedikitpun.
Kemudian Abu Jahal memukul kepala Rasulullah saw. dengan batu hingga melukainya dan mengalirkan darah. Namun, Rasulullah saw. sama sekali tidak membalas kekerasan yang ditimpakan kepadanya. Justru pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membalas perlakukan tersebut. Setelahnya, Hamzahpun memeluk Islam.
Kisah tersebut menunjukkan bagaimana Rasulullah saw. merupakan sosok yang sabar dan pemaaf, meski ia mampu membalas. Bahkan, semakin banyak gangguan yang dihadapinya, semakin bertambah kesabaran dan kemurahan hatinya.
dalam hadis riwayat Imam Bukhari, Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. tidak membalas seseorang karena kepentingan pribadi, tetapi karena syariat Allah telah ditentang sehingga ia membalasnya karena Allah.
Kesempurnaan akhlak dari Rasulullah saw. membuat orang-orang menyukainya, bahkan mereka yang memusuhinya menaruh rasa hormat padanya. Karena itu, keteladanan tersebut sangat patut ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, hingga permusuhan dapat diredam dan persaudaraan dapat dipererat. Dengannya, keridhaan dari Allah swt. dan manusia dapat diraih
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, apabila ada kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan. Wallahul muwafiq Ila Aqwamit thoriq. Wassalamu’alaikum Wr Wb.